Wednesday 21 May 2008

Kisah Flannel dan Jeans Sobek

Trend berpakaian merupakan sebuah attitude, ekspresi diri dan manifestasi ide dari pemakainya. Trend berpakaian akan selalu menjadi panorama urban yang selalu mendampingi orang muda di setiap jamannya. Masing-masing era yang terdiri dari satu dekade selalu menonjolkan karakter yang aktual dan merepresentasikan situasi sosial, politik, dan budaya jaman itu. Tidak usah melihat ke belakang terlalu jauh, sebut saja flannel yang menjadi pakain wajib remaja di era 90an. Para pelaku kultur ini mencoba tampil ke permukaan untuk menegaskan kepada publik bahwa mereka ada dan melawan berondongan trend ala rockstar yang glamour dengan celana kulit dan rambut gondrongnya. Oh, betapa kasian para rocker itu. Pasti penisnya mengalami iritasi akibat ketatnya celana yang tak menyisakan ruang sirkulasi udara. Tapi, walaupun iritasi, “adik kecilnya”-nya ini tetap bisa beraksi untuk meniduri puluhan groupies setelah mereka tampil dalam konser. Benar-benar attitude rockstar sejati. Screw You!

Mengingat kembali ketika kakak-kakak tingkat saya mengenakan celana jeans robek, big-ass t-shirt, kemeja flannel kotak-kotak, sepatu converse lusuh, rambut agak gondrong acak2an, rasanya sudah tampil cool dan keren. Maklum saja, ketika itu saya masih asik main nintendo dengan permainan Mario Bros yang fenomenal itu. Game ajaib pada jaman saya itu seolah menjadi tingkatan paling mutakhir dalam dunia permainan saya. Ketika kakak-kakak tingkat saya mendengarkan Nirvana, saya masih mendengarkan lagu anak-anak Indonesia yang super konyol. Si lumba-lumba….bermain api….Si lumba-lumba….makan dulu…ah,pengalaman nonton sirkus aja bisa jadi hits.he.he.

Setelah browsing dengan memasukkan kata “grunge” di search engine, saya mendapat berbagai pencerahan.(thanks God, you’ve created a genius people who makes difficult things became easier,hell yeah). Rasanya ucapan ngawur Mark Arm, vokalis Green River sebelum bermutasi menjadi Mudhoney yang berkata “pure grunge,pure shit” untuk mendeskripsikan jenis musik band-nya telah membawa wacana baru tentang genre musik waktu itu. Lewat ucapan Mark itulah dikenal istilah Grunge Orang-orang lalu mendefinisikan musik ini dengan sebutan Grunge. Musik yang muncul di Seattle itu seolah menjawab kejenuhan anak muda Amerika dari bombardir musik glamrock ala Bon Jovi, Motley Crue, dan Guns n Roses. Siapa yang nggak kenal dengan band-band ini pasti sedang mengalami gangguan pendengaran akut :-). Band-band ini tampil dengan balutan celana kulit yang kelihatan bodoh dan konyol. Musik grunge pun dikenal luas, dari semula yang hanya mewabah secara nasional saja di Amerika, menjadi lagu wajib dengar bagi generasi muda di seluruh dunia. Grunge go international. Belum lagi kesuksesan luar biasa yang diraih album Nevermind yang terjual sekitar 10 juta kopi waktu itu, semakin membuat grunge menjadi kutul yang tidak bisa dilupakan di era 90an.

Ooh…ternyata fashion yang dikenakan kakak-kakak tingkat saya itu disebut fashion grunge. Fashion ini tentu saja tampil untuk melawan kenyamanan berpakaian kala itu. Rambut acak-acakan, celana jeans robek, tidak mandi sebulan adalah bentuk spirit anti-kemapanan kala itu. Apakah dengan tampil seperti itu, mereka sudah mengklaim diri mereka sebagai ikon perlawanan ? Awalnya memang seperti itu. Ketika Kurt Cobain, Eddie Vedder dan Kim Thayil tampil acak-acakan dan menjaga diri dari publikasi besar-besaran, muncul kesan rebel dan riot. Tersangka utama yang membuat fashion grunge menjadi ngetrend tentu saja adalah media massa. Setelah kematiannya yang kontroversial di tahun 1994, Kurt Cobain pun kini menduduki singgasana ikon pop culture bersama-sama dengan Norma Jean sebelum jadi seleb dan mengubah namanya menjadi Marylin Monroe.

Fashion yang terkait dengan musik dan mempengaruhi kultur, memang tak pernah lepas dari efek dramatis yang diciptakan media massa. Terobosan luar bisa yang bisa mengubah kultur berpakaian menjadi seragam dan terkesan keren adalah media. Ah, andai saja ada pemuda Indonesia yang bisa menciptakan peluang dikenal secara internasional karena tampil membawakan musik etnik yang di mix dengan electro dan tekno serta trance dan disco dengan mengenakan kemeja batik yang dipadupadankan dengan jeans belel, tatto dan piercing yang menawan. Kita tunggu saja kemunculannya.

4 comments:

Ngatini said...

oke...saya tunggu...^_^

deFranco said...

Fashion yang saya anut dari dulu juga gini2 aja, kaos oblong, jeans, sepatu kets, rambut biasa wae...gak tau aliran apa namanya, yang jelas saya nyaman pake itu...

Mata Telinga said...

kalo saya celana sobek itu karena dah usang n belom bisa beli yang baru

suarahimsa said...

iki do komen opo to?