Dedicated to : Doni Putra Daerah & Joell Gunemanku
Dear my friends, Belakangan ini saya kok sempat risih mendengar gosip bahwa jurusan yang kita ambil di kampus kita tercinta ini tidak memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan. Sumpah, saya benar - benar risih mendengarnya. Bagaimana dengan sampeyan ? Apakah risih juga seperti saya ? Lama - kelamaan, saya sempat meng-under estimate institusi tempat kita bernaung sekarang ini. Visi dan misinya kok menuju ke arah kapitalisme pendidikan, perkuliahan dijadikan barang dagangan tanpa mau ber-emansipasi dengan peserta didik dalam hal perbaikan kualitas dan mutu pengajaran. Seolah-olah mahasiswa menjadi manusia kelas dua di kampus. Strata sosial mahasiswa selalu di bawah dosen untuk ukuran intelektual. Ini cara berpikir zaman Orde Baru dulu, ketika orang yang lebih pintar(dosen) selalu benar. Kapan mahasiswa kedudukannya bisa equal dengan dosen dalam hal transfer pengetahuan? Orientasi saya untuk mendapatkan ilmu komunikasi massa yang handal akhir-akhir ini melempem, kayak krupuk yang toplesnya lupa ditutup. Huh..sebenarnya saya mau menyalahkan pihak-pihak yang menurut hemat saya, harus bertanggung jawab. Tapi apakah dengan sekedar menyalahkan, akan menyelesaikan masalah? Akhirnya saya berpikir, sekuat apapun argumen saya untuk minta pertanggungjawaban, saya ini cuma “manusia kelas dua” di kampus yang jurusannya tidak memenuhi kualifikasi.ha.ha.. Cukup sudah saya ngomel tentang keadaan kampus kita. Capek, ngga ada yang dengerin. Teman-teman, selama proses perkuliahan, apa yang teman2 dapatkan mengenai komunikasi ? Doktrin - doktrin dari dosen-dosen konvensional di kampus kita sudah sangat uzur dan tidak up to date. Lha wong mahasiswa itu khan bisa baca buku,bisa browsing di internet, bisa beli KOMPAS seribuan,bisa berinteraksi di blog, eeee… lha kok didikte tentang teori2 yang njlimet dan kadang belum tentu benar menurut para praktisi yang sudah mengalaminya di lapangan pekerjaan. Sangat lucu dan ironis. Kapan sistem pendidikan kita mulai melibatkan praktisi, jika tujuan akhirnya mau mencetak sarjana-sarjana yang handal dibidangnya. Ah, sudahlah…daripada kita budrek dan mumet, mari kita ngomongin dimensi-dimensi yang ada dalam ranah komunikasi itu sendiri. Hitung-hitung buat belajar. Hmm, kita memperbincangkan Handphone sajalah..sebagai salah satu gadget wajib dalam era teknologi dan informasi saat ini. Ketika saya membaca blognya mas Joell yang unik dan khas dengan identitas kelokalannya, saya tertarik dengan HP yang nampang di sana. Saking cintanya, mas joell ndak mau untuk mengganti HP-nya yang udah ngga up to date lagi menurut saya. Eh, tanpa saya sadari, sekarang-pun saya juga menggunakan HP yang ndak kalah ndeso-nya dengan HP milik mas Joell.he.he. Memang sih, sekarang ini kita sedang memasuki “zaman informasi” yang serba online dan bisa sangat sulit untuk berkomunikasi, jika kita tidak memegang HP. Hingga saat ini, lambang atau simbol zaman informasi adalah teknologi multimedia yang berkembang dengan pesat sejak ditemukannya internet. Dengan riset dan inovasi yang simultan, telepon genggam siap mengambil alih dan memasukkan Internet ke dalam imperium komunikasinya. Barangkali aspek yang paling berpengaruh dari mobilisasi adalah kemampuannya mengubah definisi zaman komunikasi, dan karenanya juga mengubah bayangan tentang masa depan yang dimulai sejak saat ini. Saya kok kepikiran, jangan-jangan, komunikasi melalui HP adalah komunikasi antara HP satu dan HP lainnya, bukan orang satu kepada orang lainnya. Alat yang saling “berkomunikasi” itu melakukan hubungan. Sekali lagi, alat-alat itulah yang mampu berkomunikasi dengan bahasa baru. Manusia sebagai pelaku komunikasi menjadi terasing ketika menggunakan HP sebagai alat komunikasi. Tampaknya HP masa depan bukanlah merupakan alat yang benar-benar berpengaruh dan menarik, tidak ada satupun dari hal-hal itu yang perlu diperdebatkan. Namun, karena HP akan menjadi alat yang begitu penting, maka bagaimana ide tentang berbagai fitur tambahan dalam sebuah HP akan menjadi hal yang penting untuk memudahkan manusia. Sekarang ngga perlu susah-susah ke warnet ato bawa2 laptop ke area hotspot, dengan E90, seri communicator terbaru keluaran NOKIA, kita bisa ngacak-ngacak dan berselancar ke berbagai jaringan favorit kita. Pada awalnya HP dihadirkan sebagai alat yang berfungsi memudahkan komunikasi antar individu, pada akhirnya revolusi teknologi informasi tanpa kabel ini justru menciptakan pergeseran-pergeseran bentuk dan makna dari aktivitas komunikasi itu sendiri. Pergeseran ini tidak hanya melampaui teknologi saja, tetapi juga memasuki pergeseran kultural. Sekarang ini kita memasuki masa dimana HP telah menjadi bagian dari gaya hidup. Gaya hidup bisa dilihat hanya dengan melihat HP apa yang digunakan seseorang, karena melalui HP seseorang bisa mengekspresikan dirinya. Berkomunikasi tidak hanya menjadi aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga menguntungkan. Dengan modal dan tenaga yang terbatas, didukung oleh revolusi teknologi, sampeyan dapat melakukan komunikasi dimana saja, kapan saja dengan siapa saja dan untuk kepentingan apa saja. Ruang dan waktu menjadi sesuatu yang begitu lentur untuk ditembus, sekat - sekatnya dulu yang kokoh, kini hanya dengan memasukkan password, kita sudah bisa memasuki sebuah dunia dengan interaksi tanpa batas ruang dan waktu. Begitulah persepsi saya tentang HP dalam ranah komunikasi modern. Saya minta tanggapan dari sampeyan. Jangan lupa, walaupun kita termasuk mahasiswa yang tidak memenuhi kualifikasi, setidaknya kita cukup berkualitas dalam hal bikin posting. Ha.ha.ha. Hidup blogger
Tuesday, 30 October 2007
Apa yang anda pelajari dari ILMU KOMUNIKASI?
Posted by suarahimsa at 08:28
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
Dear friend,
Whuahahaha...pantes aja sampeyan sekarang jarang nongol dikampus, ternyata udah ilfil to sampeyan dengan kampus kita. Pengen tahu apa yang saya dapat dari perkuliahan kita? secara keilmuan sih memang saya idem ma sampeyan, kita hanya dapat teori2 busuk yang sangat saya sangsikan kegunaannya di hidup saya nanti kedepan. Tapi diluar itu, saya memperoleh banyak banget hal2 yang membuat saya tidak menyesal telah kuliah disini (Ilmu Komunikasi Nonreg UNS). Di sini saya dapat segudang pengalaman baru yang mulai mengarahkan jalan hidup saya, dan yang terpenting saya dapat temen2 baru yang ajaib2, seperti sampeyan yang selalu saya kagumi jalan pemikiran sampeyan , si ndolo Doni, si freak budi dan Leo, Si kalem Prast+mbak Dewinya(hehehe), Si Bothie kribo, sampe si preman sexy kristin.
Mengenai Hape, kegunaan hape sekarang memang sudah mengalami pergeseran makna, tidak hanya sekedar alat komunikasi, tapi juga udah mulai menjadi pendongkrak status sosial juga menurut saya. Semakin up to date hape, semakin pede orang itu, dasar idiot.... Dan nampaknya saya dan sampeyan ini termasuk orang yang konvensional, kita tetep memandang hape sebagai alat komunikasi aja, dan kalo ada yang menyalahkan kita, jotosi wae...hahahaha......
Mo, ayo kita segerakan minggat dari kampus ini agar kita udah gak perlu lagi menanggung status anak kuliah yang gak kualified di jurusan yang lebih gak kualified ini.........
saya nggak pernah peduli apa itu berkualitas atau tidak!!!
karena studi itu hanya sebuah jalan bagi saya untuk menjadi seorang pengusaha sukses !!!
sang super bejo ya tetep bejo dan tentunya berkualitas
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih atas dedikasi dari sampeyan.
Rupanya masih memikirkan tentang hal itu ya. Biar saja kita dicap "unqualified" oleh pihak-pihak tertentu, tapi jangan mau dicap tidak berwawasan dan tidak berpotensi. Saya selalu yakin bahwa setiap manusia diciptakan dengan potensinya masing-masing, Tuhan Maha Adil.
Di Indonesia kamu bisa dicap pandir atau bodoh karena nggak becus berhitung matematika, dan menghafal isi pelajaran. Dengan begitu kita cuman dicap bodoh berdasar kurikulum doang, yang sudah pasti kelas kambing. Sekali lagi, kurikulumm di Indonesia dibuat bukan untuk menumbuhkan potensi, tapi malah mematikan potensi, kita dibentuk berpola pikir seragam oleh kurikulum.
Saat dosen sudah merasa paling benar dan arogan dalam hal keilmuan, maka mahasiswa cuman bisa berkata, "Inggih". Kalo berani berdebat, paling hanya akan berujung pada kata, "Pokoke", dan anda mendapat nilai D. Gombal!
Mari membangun potensi yang kita miliki, agar tak lagi dibodohi dan dikibuli. Kita orang merdeka, kawan! Tunjukkan bahwa kita tidak kalah heibat dengan sesuatu yang berjuluk "reguler" itu. Tunjukkan bahwa kita itu "ekstra-reguler" atau "super-reguler".
mmm..kayaknya emang ga bermutu jurusannya..mesti pas milih jurusan janjian ro joell ro dony..huahahahaha...
ga kok bro..yang penting kamu jalani aja..kuliah..ilmunya ga bakalan dirasain sekarang..entar kalo kamu udah gawe..
menarik, karena saya sendiri sebenarnya juga merasakan hal yang sama..kita sudah diseragamkan sejak dari SD, kepala kita dijejali doktrin bahwa guru/dosen=benar dan murid/mahasiswa=salah..ato versi lebih ekstrimnya guru/dosen=pinter, murid/mahasiswa=bodoh..
itulah mengapa selama ini proses perkuliahan hanya berjalan satu arah, doktrin dari mulut dosen yang mendarat di kuping mahasiswa..itu juga sebabnya kenapa ruang kuliah selalu sepi dari suara mahsiswa yang berargumen..di kampus, dosen adalah dewa yang serupa kitab suci yang haram bantahan..ini juga yang membuat saya pusing, mau disekolahkan kemana anak saya nanti? hehe..
HP? ah, begitu banyak hal yang harus kita lakukan demi mendapat cap manusia normal..punya hp, bikin blog dan kuliah adalah sebagian di antaranya ;D
Post a Comment